Sunday, July 21, 2013

Kerajaan Kerajaan Islam di Indoneisa

1. KERJAAN SAMUDRA PASAI
a.   Awal Perkembangan Kerjaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungapi Pasang ( Pasai ). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera ( agak jauh dari laut ) dan pasai ( kota pesisir ). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk islam berkat pertemuannya dengan syekh ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Maliki al Saleh.
Setelah resmi menjadi kerjaan islam, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi islam yang ramai. Pedagang dari india, benggala, Gujarat, arab, cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskah kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Taming, Balek Bimba, Semerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan pasai.
b.   Aspek Kehidupan Politik
Ada beberapa raja yang pernah memerintah Samudera Pasai, antara lain :
1.      Sultan Malik al Saleh ( 1290 – 1297 )
2.      Muhammad Malik az Zahir ( 1297 – 1326 )
3.      Muhammad Malik az Zahir ( 1326 – 1347 )
4.      Mansur Malik az Zahir (….. – 1346 )
5.      Ahmad Malik az Zahir ( 1346 – 1383 )
6.      Zain al Abidin Malik az Zahir ( 1383 – 1405 )
7.      Nahrasiyah ( 1405 – 0412 )
8.      Sallah ad Din ( 1412 - …… )
9.      Abu Zaid Malik az Zahir (….- 1455 )
10.  Muhammad Malik az Zahir ( 1455 – 1477 )
11.  Zain al Abidin ( 1477 – 1500 )
12.  Abdullah Malik az Zahir ( 1500 – 1513 )
13.  Zain al Abidin ( 1513 – 1524 )
Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai. Dalam menjalankan pemerintahannya, beliau berhasil menyatukan dua kota di Kerajaan Samudera Pasai, yakn kota Smudera dan Kota Pasai
Dan menjadikan masyarakatnya sebagai umat islam. Setelah beliau mengkat pada tahun 1297, jabatan beliau diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Lalu takhta kerajaan dilanjutkan lagi oleh kedua cucunya bernama Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.
Dlam menjalankan pemerintahannya, malik al Mahmud dan Malik al Mansur pernah memindahkan ibu kota kerajaan ke lhok seumawe dengan dibantu oleh kedua perdana menterinya. Sultan Ahmad Perumadal Perumal
Pada masa pemerintahan Sulatan Ahmad Perumadal Perumal inilah, kerajaan Samudera Pasai pertama kalinya menjalani hubungan dengan kerajaan / kesultanan lain, yakni kesultanan delhi ( india ).
c.   Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
kehidupan ekonomi dan social masyarakat Samudera Pasai dititikberatkan pada kegiatan perdagangan, pelayaran dan penyebaran agama. Hal ini dikarenakan, banyaknya pedagang asing yang sering singgah bahkan menetap di daerah Samudera Pasai, yakni pelabuhan Malaka. Mereka yang dating dari berbagai Negara seperti Persia, Arab, dan Gujarat kemudian bergaul dengan penduduk  setempat dan menyebarkan agama serta kebudayaannya masing-masing. Dengan demikian, kehidupan social dan ekonomi masyarakat Samudera Pasai bertambah maju, begitupun di bidang perdagangan, pelayaran dan keagamaannya.
Keberadaan agama islam di Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh perkembangan di Timur Tengah. Hal itu terbukti pada saat perubahan aliran Syi’ah menjadi Syafi’I di Samudera Pasai.
Perubahan aliran tersebut ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinas Fatimah yang beraliran Syi’ah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran syafi’i.
Aliran Syafi’I dalam perkembangan di samudera Pasai menyesuaikan denga adat istiadat setempat. Oleh karena itu kehidupan social masyarakatnya merupakan campuran islam dengan adat istiadat setempat.
d.   Kemunduran Kerajaan Samudera Pasai
pada waktu Samudera Pasai berkembang, Majapahit juga sedang mengembangkan politik ekspansi. Majapahit setelah meyakini adanya hubungan antara Samudera Pasai pindah ke pulau Bintan dan Aceh Utara ( Banda Aceh ). Samudera Pasai runtuh ditaklukkan Aceh
2.   KERAJAAN ACEH
a.   Awal Perkembangan Kerajaan Aceh
Aceh Semula menjadi daerah taklukkan kerjaan pedir. Akibat malaka jatuh ke tangan portugis, pedagang yang semula berlabuh di pelabhan malaka beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera berkembang dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan pedir. Aceh berdiri sebagai kerjaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri kerjajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah ( 1514 – 1528 M ).
b.   Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh factor sebagai berikut :
1.      Letak ibu kota Aceh yang sangat straregis.
2.      Pelabuhan aceh ( olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
3.      Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting.
4.      Jatuhnya malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang islam banyak yag singgah ke Aceh.
Sulatan Ali Mughayat Syah merupakan Raja pertama di Aceh sekaligus beliau merupakan pendiri kerajaan Aceh. Setelah beliau mangkat, raja selanjutnya adalah Sultan Ibrahim. Dlam pemerintahannya beliau berhasil menaklukkan pedir. Raja berikutnya dalah iskandar Muda. Pada masa pemerintahan beliau, Aceh mencapai puncak kejayaan dan menjadi sumber komoditas lada dan emas. Beliau mangkat pada tahun 1696 M dn digantikan oleh menantunya iskandar Thani yang tidak memiliki kecakapan. Dlam pemerintahannya, kerajaan Aceh terus – menerus mengalami kemunduran.
c.   Aspek Kehidupan Kebudayaan
letak aceh yang straregis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengn bangsa lain. Contohnya, yaitu tersusunnya hokum adat yang dilandasi ajaran islam yang disebut hokum adat makuta Alam.
Dengan hokum adat Makuta Alam itulah, sehingga tata kehidupan dan segala aktivitas masyarkat aceh didasarkan pada aturan islam. Dengan demikian, keadaan Aceh seolah – olah identik dengan Mekkah, Arab Saudi. Atas dasar itulah, aceh mendapat julukan Serambi Mekah.
d.   Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
bidang perdagangan yang maju menjadikan Acara makin makmur. Setelah Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin bertambah makmur dan menadi sumber komoditas lada dan emas. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat.
e.   Kemunduran Kerajaan Aceh
kemunduran kerajan Aceh ketika itu disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut
1.      Kekalahan perang antara Aceh melawan Portugis di Malaka pda tahun 1629 M.
2.      Tokoh pengganti iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
3.      Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran berbeda.
4.      Daerah – daerah yang jauh dari pemerintahan pusat melepaskan diri dengan Aceh.
5.      Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa – bangasa Eroa lainnya berhasil mendesak dan menggeser daerah – daerah perdagangan Aceh. Akibantnya perekonomian semakin melemah.

3.  KERAJAAN DEMAK                                       
a.       Awal Perkembangan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.

Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan para, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritime yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.

b.      Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan.

Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati Unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya Portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.

Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk nenduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara  Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak.      Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan Demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggan dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.

Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru,yakni Kerajaan Pajang.

c.       Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan social masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja.

Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.

d.      Aspek Kehidupan Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdaganganya juga maju. Komoditas yang diakspor, antara lain beras, madu, dan lilin.

e.       Keruntukan Kerajaan Demak

Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak  karena Aria Penansan sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat kerajaan Demak.

4.   KERAJAAN BANTEN
a.   Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya ( Samiam ) mengadakan hubungan dengan Portugis di Maluku untuk membendung meluasnya kekuasan Demak. Namun melalui Faletehan, Demak berhasil menduduki Benten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin ( 1552-170 M ), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilalayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.

b.   Aspek Kehidupan dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan Banten aman dan tentram karena kehidupan masyarakatnya diperhtikan, seperti dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. setelah mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia semilan tahun diangkat menjadi Raja denga perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508 – 1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak – kanak didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana meninggal wafat, Banten mengalami kemunduran.
c.   Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedagang Cina, india, Gujarat, Persia, dan Arab banyak yang dating berlabuh di banten, kehidupan social masyarakat Banten dipengarhui oleh system kemasyarakat islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
d.   Kemudian Kerajaan Banten
penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatya Raja Besar Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena terjadi perang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.
5.      KERAJAAN MATARAM ISLAM
a.       Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aris Penangsang, Sutawijaya, Putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi Bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh jawa, setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangaswan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, pangeran Benawa ( Putra Hadiwijaya ) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.
b.      Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan

Dalam menjalankan pemerintahannya, sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi rintangan. Para Bupati di pantai utara jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada pajangan memberontak ingin lepas dan menjad kerjaan merdeka. Akan tetapi, sutawijaya berusaha menundukkan Bupati – Bupati yang menetangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletkkan landasa kekuasaannya mulai dari Galuh (jabar) sampai pasuruan (jatim).

Setelah sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.

Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.

c.       Aspek Kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tatara denga baik berdasarkan hokum islam tanpa meninggalakan norma – norma lama begitu saja.

d.      Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan

Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sector agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetai, Mataram juga memiliki daerah kekuasaan di daerah persisir utara jawa yang mayotitas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilahyang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.

Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat suara, dan sastra. Bentuk kebudayaa yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu – Budha denga islam.

Di samping itu, perkembangan di bidang kesustraan memunculakan karya sastar yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gnding yang merupakan perbaduan dari hokum islam dengan adat istiadat jawa yang disebut Hukum Surya Alam.

e.       Kemunduran Mataram Islam

Kemunduran Maratam Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung marebut Batavia dan menguasai Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

6.      KERAJAAN MAKASAR

a.       Awal Perkembangan Kerajaan Makassar

Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam ( 1605 ) dan rakyat pun segera mengikutinya.

Kerajaan Gowa dan Tallo akhiranya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makassar, agama Islam  menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuahannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

b.      Aspek Kehidupan Politik

Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M ). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) an dilanjutkan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1639 M).Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.

VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan banyak menghasilkan beras,mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun bujukan VOC itu ditolak.

Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar  Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukan Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.

c.       Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan

Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritime. Hasil perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan Sombaupu (Makassar) banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian, masyarakatmya hidup aman dan makmur.

Dalam perjalanan pemerintahan, Raja dibantu oleh Bate Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawali oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta (magkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi disebut anrong guru lompona tumakjanangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal.

Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makasar adalah keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.
7.      KERAJAAN TERNATE

a.       Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri KerajaanTernate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku  juga telah berdiri lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Diantara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate  yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi  oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.

b.      Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan

Raja Ternate yang pertana adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). raja berikutnya adalah Putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau disekitarnya, bahkan sampai ke Filipina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulaua di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

c.       Aspek kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan

Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat seingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaanpenting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan pakaian untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.

Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sahari-harinya banyak menggunakan hokum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Masquite dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
d.      Kemunduran Kerajaan Ternate

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugi dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.

8.      KERAJAAN TIDORE
a.       Awal Perkembangan Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilh raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islamberkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

b.      Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan

Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan kekuasan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

c.       Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan hsehari-harinya banyak menggunakan hokum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore degan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.

Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi  oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.

No comments: